Menulis Sebagai Media Curahan Hati

Tips Menulis versi Iis Istiqomah (Member KMO Alineaku)

Kesibukan sebagai ibu rumah tangga, terutama yang masih memiliki balita, tidak perlu dipertanyakan lagi. Waktu 24 jam terkadang tak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan seorang ibu. Dari hari masih gelap sampai semua terlelap, seorang ibu masih harus berkutat dengan rutinitasnya. 

Namun dibalik kesibukannya sebagai seorang ibu rumah tangga, tentu para ibu hebat ini punya keinginan untuk mengekspresikan dirinya. Salah satunya adalah keinginan untuk menjadi seorang penulis, atau paling tidak bisa menghasilkan karya tulisan bagi mereka yang punya minat di bidang tersebut. Saya adalah salah satunya.

Saya telah banyak membaca berbagai tips untuk memotivasi diri dalam memulai menulis. Dan tentu saja tips-tips tersebut bukan sekedar opini belaka. Sangat penting dilakukan dalam memulai untuk membuat karya tulis. Tapi sejujurnya, saya terkadang masih kesulitan untuk menerapkannya pada diri sendiri. Mungkin tekad  yang masih belum kuat untuk itu, dan saya sangat menyadarinya.

Setelah sekian lama, saya akhirnya menemukan “alasan” kuat yang bisa membuat diri ini tergerak untuk menulis. Sebuah alasan sederhana yang tidak memerlukan pemikiran rumit dalam kapasitas saya sebagai seorang ibu yang terkadang sudah malas untuk berpikir. Ya, yang menjadi motivasi saya untuk menulis adalah “saya ingin bercerita”.

Hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang ibu rumah tangga dengan segala “keriweuhannya” alias kesibukannya mengurus rumah dan anak-anak adalah teman bercerita. Seorang ibu butuh seseorang atau media untuk mencurahkan uneg-unegnya. Maka tidak heran jika banyak ibu yang melepaskan beban hatinya di media sosial. Bisa jadi mereka tidak mempunyai pendengar sebagai “tong sampah”,atas curahan hatinya,

Ketika saya menulis menggunakan komputer, maka layar monitor saya anggap sebagai teman bercerita. Dia akan menjadi pendengar setia. Saya ketikkan kata demi kata, menjadi untaian kalimat yang mengalir dari pikiran. Saya bisa menceritakan apa yang dirasa, didengar dan atau dilihat. Dia tak akan membantah apalagi menggurui. Karena pada dasarnya perempuan hanya butuh pendengar, bukan penghakiman.

Melalui tulisan, saya bisa menyenangkan diri sendiri dengan membuat akhir cerita yang diinginkan. Misalnya dengan menulis cerita fiksi. Saat saya merasa bahagia, sedih, kecewa, benci, semuanya bisa dituangkan dalam tulisan. Dalam fiksi, saya bisa mengatur jalan cerita sesuka hati.

Menulis adalah salah satu cara saya untuk mengekspresikan diri. Dengan catatan tidak melanggar aturan bermasyarakat, bernegara, apalagi agama. Menulis sebaiknya dilakukan tanpa tekanan siapapun dan mengalir begitu saja.

Selain itu, menulis juga butuh keikhlasan hati. Menulis tanpa beban akan menghasilkan karya tulis yang natural,wajar dan apa adanya. Menulislah selayaknya diri kita sedang bercengkrama dengan seorang sahabat yang dipercaya. Tak perlu banyak alasan untuk dapat memulai menulis. Cukup ceritakan apa yang ada di pikiran kita, tuangkan dan terus tuangkan.


“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

Tinggalkan Balasan